Padahal EBITDA Pertamina 2017 mencapai $7 miliar. Terus turunnya produksi minyak dalam negeri juga menjadi penyebab terpuruknya kinerja keuangan Pertamina. Mengacu data SKK Migas, pada 2008 lifting minyak tercatat 926 ribu barel per hari (bph). Capaian ini terus turun hingga menyisakan 803,8 ribu bph pada 2017.
ILUSTRASI. SPBU Pertamina Reporter Febrina Ratna Iskana Editor Handoyo . ENERGI - JAKARTA. Harga minyak dunia sedang dalam tren naik. Pada awal tahun 2018, harga minyak berada di level US$ 65 per barel, saat ini harga minyak sudah menyentuh level US$ 80 per barel. Kenaikan harga minyak pun menyerat harga Bahan Bakar Minyak BBM. PT Pertamina Persero saja sudah melakukan penyesuaian harga sebanyak sembilan kali sepanjang periode Januari hingga Oktober 2018. Teranyar, Pertamina menaikkan harga Pertamax Series dan Dex Series dengan besaran kenaikan harga berkisar Rp 900/liter hingga Rp Namun, Pertamina tidak menaikkan harga premium, solar dan pertalite. Hingga saat ini, pemerintah belum merubah harga solar dan premium sepanjang tahun 2018. Harga pertalite saat ini sebesar Rp solar Rp dan premium Rp Pertamina pun disebut-sebut menanggung selisih harga yang cukup besar. Namun Pertamina enggan berkomentar terkait besaran selisih harga BBM tersebut."Saya belum ada hitungannya,"ujar VP Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito kepada Jumat 19/10. Jika merujuk pada formula harga, harga solar untuk periode 1 Oktober-31 Desember 2018 sebesar Rp belum termasuk pajak Harga tersebut berdasarkan Mean of Platts Singapore MOPS US$ 96 per barel. Harga solar tersebut naik dari periode 1 Juli-30 September 2018 sebesar Rp liter. Harga solar ini berdasarkan MOPS sebesar US$ 84,84/barel. Untuk harga premium periode 1 Oktober - 31 Desember 2018 seharusnya sudah mencapai Rp belum termasuk pajak. Harga ini berdasarkan MOPS sebesar US$ 90/barel. Konsumsi BBM berdasarkan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi BPH Migas untuk realisasi konsumsi solar periode Januari hingga 15 Oktober 2018 sudah mencapai 12,01 kiloliter KL atau sebesar 82,18% dari kuota tahun ini sebanyak 14,62 juta KL. Untuk realisasi konsumsi premium periode Januari sampai 15 Oktober 2018 sudah mencapai 6,78 juta KL. Jika selisih harga BBM semakin besar, maka akan terus menjadi beban keuangan bagi Pertamina. Akhirnya laba perusahaan plat merah tersebut pun dipastikan akan tergerus. Direktur Keuangan Pertamina, Pahala N. Mansury menyebut laba Pertamina pada tahun ini lebih rendah dibanding realisasi laba pada tahun lalu. Tahun lalu, Pertamina mampu membukukan laba sebesar US$ 2,41 miliar. "Harapan kami sampai akhir tahun nanti kami masih bisa bukukan laba. Dibanding tahun lalu tentunya berkurang, tapi kami masih akan bukukan laba sampai dengan akhir tahun,"ujar Pahala pada Rabu 17/10. Namun Pahala masih enggan menyebut kisaran laba Pertamina di akhir tahun ini. "Tidak bisa kasih angka, saya tidak hafal angkanya. Masih akan positif insya Allah," imbuhnya. Laba Pertamina dalam enam tahun terakhir memang naik turun. Pada tahun 2012, realisasi laba Pertamina sebesar US$ 2,77 miliar. Tahun 2013, Pertamina mencatatkan kenaikan laba menjadi US$ 3,07 miliar. Namun tahun 2014, laba Pertamina anjlok seiring turunnya harga minyak. Laba Pertamina pada tahun 2014 hanya sebesar US$ 1,45 miliar. Pada tahun 2015, laba Pertamina turun lagi menjadi US$ 1,41 miliar. Kemudian pada tahun 2016 kembali naik menjadi US$ 3,15 miliar. Pada tahun lalu, laba Pertamina kembali tirun menjadi US$ 2,41 miliar. Tahun ini, Pertamina pun hanya ditargetkan memperoleh laba sama dengan tahun lalu sebesar US$ 2,4 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News DONASI, Dapat Voucer Gratis! Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat. Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.

BesaranHarga Indek Pasar (HIP) JBT dan JBU Jenis Minyak Solar dalam Rp/liter Surat Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi kepada Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit 1 Januari 2019 6.384,81 No. 11477/12/DJM.O/2018 tanggal 27 Desember 2018 2 Februari 2019 6.115,72 No. 0884/12/DJM.O/2019 tanggal 28 Januari 2019

ο»Ώ403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID zM5Z141dfKZvzGV0B9aDZWCUkYY7hMHj_XUVw_xArVWikzZcZMzvgQ== Menurutnya selama ini pasokan solar Pertamina jenis cetane number 48 sehingga badan usaha lain dapat memanfaatkan pasokan dalam negeri. β€œKalau jual, yang jenisnya sama. Kalau beda, tidak bisa lah. Selama Pertamina punya, ya beli dari Pertamina, lebih bagus begitu,” katanya, Senin (15/7/2019).

Padaperiode 2017-2019, Pertamina mendapat penugasan dari pemerintah untuk membangun 160 lembaga penyalur BBM Satu Harga. Program itu tersebar di seluruh wilayah terdepan, terluar, dan terpencil (3T). Namun, Pertamina berhasil melampaui target hingga 161 titik, dengan rincian 54 titik pada 2017, 70 titik pada 2018 dan 37 titik pada 2019.

Daripengepul dijual ke pengecer, akhirnya masyarakat mendapatkan Premium Rp9.000-Rp10.000 per liter, Solar Rp7.000-Rp7.500 per liter," tuturnya, di Gedung BPH Migas, Jakarta, Rabu (7/3/2018). BPH Migas juga menemukan penyimpangan penyaluran BBM Satu Harga di Pulau Sangiang, Banten. . 364 5 348 124 391 236 109 106

harga solar industri pertamina 2018